The Disruptive Arif: Dua Tahun Menyemarakkan Kebumen

The Disruptive Arif
Bupati Kebumen H Arif Sugiynato SH bernyanyi bersama Slank saat Kebumen Mendegam. (Foto: Padmo)

Oleh Sigit Tri Prabowo*

BULAN ini, genap dua tahun pasangan H Arif Sugiyanto SH dan Hj Ristawati Purwaningsih SST MM menahkodai bahtera Kebumen. Tepatnya Jumat, 26 Februari 2021 Gubernur Jawa Tengah melantik pasangan yang meraup habis dukungan partai politik dalam pemilihan kepala daerah.

Bacaan Lainnya

Menandai dua tahun kiprah dwi tunggal ini, Pemerintah Kabupaten Kebumen meluncurkan survei untuk mengukur tingkat kepuasan masyarakat Kebumen terhadap kinerja pemerintah di bawah kendali Arif-Rista. Apapun hasilnya nanti, tulisan ini lebih ingin mengulas sebuah periode kepemimpinan yang fenomenal dalam perjalanan tata kelola Kabupaten Kebumen.

Pakar manajemen Prof Rhenald Kasali pada tahun 2017 menulis sebuah buku fenomenal berjudul “Disruption”. Dalam telaahnya, dunia tengah masuk ke era perubahan dahsyat. Tak hanya dunia usaha, tapi juga pola tata masyakarat, birokrasi, komunikasi bahkan relasi dalam keluarga. Kecepatan perubahan atau disrupsi meningkat secara eksponensial, membawa mereka yang siap ke tingkat yang lebih tinggi dan meninggalkan mereka yang tak cukup tangkas meniti gelombang perubahan.

Baca Juga: Pelesiran Tumenggungan: Jalan sebagai Ruang Perjumpaan

“Sebuah peradaban baru yang menuntut manusia mengubah pola pikirnya, a disruptive mindset. Sebuah peradaban yang dibentuk oleh Hukum Moore, yang mengubah kecepatan menjadi eksponensial, yang berhadapan dengan pribadi-pribadi yang masih berpikir secara linear,” tulis Profesor Khasali.

Disrupsi yang terjadi, selain karena faktor teknologi informasi, juga karena bergesernya pemahaman tentang pentingnya jejaring, kolaborasi dan ekonomi berbagi (sharing economy). Hal ini menciptakan ruang bagi munculnya gagasan dan tindakan yang keluar dari pakem biasa saja, yang mendisrupsi pola-pola tradisional dengan langkah dan cara berpikir baru.

Era Paling Disruptif

Era kepemimpinan Arif Sugiyanto bisa jadi merupakan masa paling disruptif dalam lembar sejarah birokrasi di Kebumen. Ini tentu dengan mengesampingkan pemerintahan di awal kemerdekaan Indonesia, ketika semua tingkat pemerintahan tengah bergolak untuk mencari bentuknya.

Sebagai sosok kelahiran Kebumen yang masa dewasanya dihabiskan di luar Kebumen (di lingkungan kepolisian dan dunia usaha), referensi dan pengalaman yang dialaminya memang beragam. Berbagai tindakan dan kebijakan acapkali membuat publik tersentak dan kemudian terbelah dalam beberapa kubu: mendukung, menentang namun banyak pula yang memilih diam sambil tetap mengamati sejauh mana kebijakan itu akan membawa perubahan. Menariknya, Arif tetap bergeming ketika kebijakan yang dianggap kontroversial mengundang perdebatan sengit di media sosial.

Pos terkait