Oleh: Dian PD
Di sebuah pusat perbelanjaan besar di tengah kota, terdapat dua pekerja yang tak pernah menyangka bahwa cinta akan tumbuh di antara rak-rak barang dan hiruk-pikuk pelanggan. Mereka adalah Riri dan Malik. Riri bekerja di bagian kasir, sementara Malik adalah seorang staf di bagian gudang.
Setiap hari, Riri dan Malik bertemu di kantin saat istirahat makan siang. Awalnya, mereka hanya saling menyapa dan berbasa-basi. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai berbicara lebih banyak. Riri selalu kagum dengan semangat kerja Malik yang tak pernah surut, meskipun pekerjaannya cukup berat. Malik di sisi lain, terpesona dengan senyum Riri yang selalu bisa membuat hari-harinya lebih cerah.
Suatu hari, pusat perbelanjaan mengadakan acara tahunan untuk para karyawan. Ada berbagai lomba dan permainan yang diadakan untuk mempererat hubungan antar karyawan. Riri dan Malik memutuskan untuk ikut serta dalam lomba memasak. Mereka bekerja sama dengan baik, saling membantu dan tertawa bersama. Momen-momen kebersamaan itu membuat mereka semakin dekat.
Setelah acara selesai, Malik memberanikan diri untuk mengajak Riri berjalan-jalan di taman dekat pusat perbelanjaan. Di bawah langit malam yang penuh bintang, Malik mengungkapkan perasaannya kepada Riri.
“Ri, aku tahu ini mungkin terdengar tiba-tiba, tapi aku merasa sangat nyaman dan bahagia saat bersamamu. Aku suka kamu,” kata Malik dengan gugup.
Riri tersenyum dan menjawab, “Aku juga merasa hal yang sama, Malik. Aku suka kamu.”
Sejak saat itu, Riri dan Malik menjadi pasangan yang tak terpisahkan. Mereka saling mendukung dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Cinta mereka tumbuh di antara tumpukan barang dan keramaian pelanggan, membuktikan bahwa cinta bisa ditemukan di tempat yang tak terduga.
Sayangnya, kebahagiaan keduanya tak berlangsung lama. Orang tua Riri diam-diam menjodohkan anak semata wayangnya dengan anak juragan di desanya. Juragan pengumpul barang bekas yang kaya di desa tempat tinggal Riri. Riri tahu itu semua saat pulang libur akhir bulan.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di sebuah perguruan tinggi di Bandung, Riri memutuskan pulang kampung. Kebetulan ada lowongan pekerjaan di sebuah mall di kotanya. Namun karena harus menempuh perjalanan yang lumayan makan waktu, Riri memilih indekost. Sebulan sekali Riri pulang.
Kepulangannya ke rumah kali ini tak disangkanya menjadi moment menyesakkan dada. Semua itu terjadi tepat sehari sebelum Malik berniat melamarnya.
“Pak, kenapa si pake jodo-jodoin, aku punya pilihan sendiri,” sambil terisak Riri berusaha menolak apa yang jadi kehendak orang tuanya.
“Nurut, nurut sama orang tua, bapak gak pernah minta apa-apa sama kamu, kali ini aja turutin permintaan bapakmu ini. Kamu harus nurut,”
Semalaman Riri hanya bisa menangis di kamar.
“Ibu dan bapak benar-benar tega, jahaaaaat,” teriak Riri berkali-kali dari kamarnya.
Paginya, Riri langsung pamit kembali ke kostnya. Meski jelas saja sempat dihalangi, namun Riri berhasil memaksa untuk bisa pergi.
“Kamu boleh balik sekarang, tapi ingat kamu harus segera buat surat pengunduran diri. Bulan depan lamarannya. Itu tinggal seminggu lagi. Dan pak kades mau acara nikahnya sebulan setelahnya,” ujar bapak dengan suara tegas.
“Nurut ya, nak dengerin bapakmu, ati-ati di jalan,” pesan ibu dengan suara lirih. Ibu memang tidak akan mungkin melawan kehendak bapak. Apa yang bapak katakan adalah mandat yang harus dilakukan.
Sampai di kost, hal pertama yang dilakukan Riri adalah berusaha menemui Malik. Ia harus memberitahukan semuanya.
Malik tak menyangka melihat Riri pagi itu di kost. Ya, kebetukan kost mereka berdekatan. Malik pun langsung menemuinya pagi itu.
“Loh kok udah balik. Aku baru aja mo ngusulin ke rumah. Aku mau ketemu bapak ibumu, aku mau melamarmu…,”
Kata-kata Malik ini seharusnya menjadi hal membahagiakan buat Riri. Tapi kenyataannya sebaliknya. Sambil berurai air mata Riri menyampaikan rencana perjodohan yang dibuat orangtuanya.
“Aku gak mau nikah sama orang lain, aku maunya sama kamu. Ayo kita kabur aja, kita pergi sejauh-jauhnya, ayo Malik!!” ucap Riri dengan berurai air mata.