Belajar Guyub di Wonocolo

Belajar Guyub dari Wonocolo
Warga Dukuh Wonocolo, Prembun saat kenduren. (Foto:. Sigit Tri Prabowo)

SABTU, 29 Juli 2022 sore itu, ada yang berbeda di Wonocolo, dusun kecil di Desa Prembun, Kecamatan Prembun, Kebumen. Para petani pulang lebih awal dari sawah dan kebun. Hamparan padi yang dijemur sepanjang jalan pun dikemas sebelum sore datang. Dua ruas jalan dusun, di sisi Selatan dan Utara tampak dibersihkan, pagar dirapikan. Kedua ruas jalan ini akan digunakan untuk kenduri desa yang diadakan setiap awal bulan Sura.

Jam 4 sore penduduk menuju ke arah Selatan. Tujuannya ruas jalan yang membatasi Wonocolo dengan Desa Ngabean di Selatan. Ada yang membawa bungkusan, ada yang berlenggang tangan. Yang membawa bungkusan adalah warga Wonocolo yang tinggal di wilayah Selatan, sedang yang tak membawa adalah warga Utara. Ya, setiap kali awal Sura, seakan Wonocolo terbelah antara wilayah Utara dan Selatan.

Bacaan Lainnya

Kenduri diakhiri dengan penyerahan bingkisan dari tuan rumah ke tamunya, saudara sedusun yang datang dari Utara. Ada pula bingkisan yang diserahkan untuk para tamu dari luar dusun seperti Pak Kepala Desa dan perangkat lainnya.

Ritual belum berakhir. Kenduri sesi dua diadakan gantian di ruas jalan Utara. Kali ini warga sisi Selatan yang menjadi tamu dan akan menerima bingkisan dari tuan rumah, warga Wonocolo sisi Utara. Isinya standar; nasi sayur dengan aneka lauk, kadang ditambahkan hasil ladang seperti singkong dan kacang tanah.

***

Salah satu warga Wonocolo, Yatin Siswomihardjo (74) atau akrab disapa Mbah Sis mengungkapan bahwa tradisi ini sudah berjalan sebelum dirinya lahir. Menurutnya, tradisi ini hanya ditemukan di Dusun Wonocolo. Sayangnya tak banyak yang bisa dia sampaikan terkait sejarah dan latar belakangnya. Yang dia tahu justru tentang hilangnya berbagai tradisi dan budaya di Wonocolo.

Pos terkait