Tuntaskan Program Edukasi Sekolah Bumi, Peserta Kunjungi Hutan Mangrove Ayah dan Gua Jatijajar

Peserta sekolah bumi di KEE Lahan Basah Mangrove Muara Kali Ijo. (Foto: Hari)

AYAH (KebumenUpdate.com) – Sesi akhir dari rangkaian program edukasi sekolah bumi yang digelar BP Geopark Kebumen bersama Kebumen Geopark Youth Forum (KGYF), peserta diajak mengunjungi situs biologi hutan mangrove Ayah dan situs geologi Gua Jatijajar, Minggu 4 Agustus 2024.

Beruntung sekali saya masih bisa berpartisipasi di pertemuan terakhir ini setelah Sulkhanudin–Wakil Ketua 2 KGYF–menginformasikan kepada saya mengenai jadwal sesi terakhir sekolah bumi.

Bacaan Lainnya

Baca juga: Program Sekolah Bumi, Peserta Kunjungi 5 Geosite di Geopark Kebumen

Peserta dan panitia sekolah bumi di Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Lahan Basah Mangrove Muara Kali Ijo. (Foto: Hari)

Masih sama seperti kajian lapangan pertemuan sebelumnya, peserta dan panitia yang didampingi Rizal Nur Alfian–anggota BP Geopark Kebumen–menggunakan Bus Trans Kebumen untuk menuju ke lokasi di sisi barat daya Kebumen. Tepatnya di Desa Ayah dan Desa Jatijajar Kecamatan Ayah.

Pukul 9.30 WIB, dua unit Bus Trans Kebumen yang mengangkut peserta dan panitia telah sampai di lokasi pertama yaitu situs biologi hutan mangrove. Lokasi ini merupakan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) Lahan Basah Mangrove Muara Kali Ijo yang ditetapkan tahun 2020 melalui SK Gubernur Jawa Tengah saat itu, Ganjar Pranowo.

Dipandu Anggota KTH Pansela 

“KEE Mangrove Kali Ijo luas areanya 18,5 hektar dengan beberapa zona seperti zona pemanfaatan, zona arboretum, dan zona pelestarian. Untuk area rehabilitasinya atau pengelolaan hutan mangrovenya mencakup sekitar 40 hektar,” kata Muhammad Riadiki Saputra, anggota KTH Pansela yang menjadi pemandu peserta sekolah bumi.

Sambil berjalan di atas lintasan joging track yang terlihat masih baru, ia menjelaskan dan menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan oleh peserta.

Di depan sekretariat KTH Pansela. (Foto: Hari)

“Awalnya area ini berupa tambak ikan dan udang. Tahun 2006 ada tsunami Pangandaran, lalu mulai muncul kesadaran menanam mangrove. Selanjutnya tahun 2010 ditetapkan menjadi Kelompok Pecinta Alam/KPL Pansela, tahun 2015 menjadi Kelompok Tani Hutan/KTH Pansela,” katanya sembari menjelaskan bahwa keanggotaan KTH Pansela sejumlah 34 orang.

Dengan mangrovenya yang mencapai 26 jenis, menjadikan KEE Lahan Basah Mangrove Kali Ijo sebagai wisata edukasi dan konservasi paling lengkap di Kebumen.

Pos terkait