
Di media sosial, mereka tertawa, nongkrong, pamer pencapaian. Tapi di balik layar, banyak anak muda yang menyimpan perasaan sepi, bahkan saat dikelilingi orang. Fenomena ini disebut loneliness in the crowd—merasa sendirian di tengah keramaian.
Kesepian bukan berarti tak punya teman. Justru banyak yang merasa hampa walau punya banyak interaksi sosial. Ini bukan hal sepele. Riset dari Harvard University menyebutkan bahwa rasa kesepian yang kronis bisa berdampak langsung pada kesehatan mental, termasuk meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan bahkan penurunan fungsi kognitif.
Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI) Dara pafidara.org merujuk Journal of Social and Clinical Psychology (2018) menyebutkan, anak muda yang menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial lebih rentan mengalami perasaan kesepian.
Pasalnya, mereka lebih sering membandingkan hidup dengan orang lain, merasa tidak cukup, dan kehilangan kedekatan nyata dalam relasi sehari-hari.
Beberapa tanda kamu mungkin sedang mengalaminya:
Kenapa Bisa Merasa Sendiri di Tengah Ramai?
Solusinya? Kembali ke koneksi yang bermakna. Bangun hubungan yang jujur, bukan hanya “rame-rame” demi konten. Cari komunitas yang punya nilai sama, dan jangan ragu membuka percakapan lebih dalam. Kadang satu teman yang benar-benar mendengar lebih berarti dari seratus likes.
Intinya sih, loneliness in the crowd itu kayak paradoks. Kita ada di tengah banyak orang, tapi hati tetep berasa sepi. Tapi, dengan sedikit usaha buat lebih aktif berinteraksi dan fokus ke koneksi yang bermakna, pelan-pelan rasa sepi itu bisa kok berkurang.
Kalau perasaan kesepian terus berlangsung dan mulai mengganggu aktivitas, konsultasi ke profesional sangat disarankan. Bukan lemah, justru itu bentuk kekuatan: berani jujur dan mencari bantuan.
Disclaimer: Artikel ini hanya sebagai informasi umum. Jika kamu merasa mengalami gangguan mental karena kesepian, sebaiknya segera hubungi tenaga kesehatan profesional untuk bantuan lebih lanjut.
News & Inspiring