
KebumenUpdate. Banyak kasus terjadi prestasi seorang anak terus menurun di kelasnya. Padahal rumah dia rajin belajar. Untuk mengetahui penyebab pastinya, tidak ada salahnya bawa anak Anda ke dokter mata. Siapa tahu anak Anda ternyata menderita miopia alias rabun jauh.
Ya, kesehatan mata anak-anak di Indonesia semakin mengkhawatirkan seiring dengan pola hidup dan kebiasaan menggunakan gawai yang sangat tinggi. Kebiasaan tersebut dapat memicu gangguan pada mata khususnya miopia alias rabun jauh.
Menurut Prof Dr H Suhardjo SpM SU dari Persatuan Dokter Mata Indonesia (Perdami) Cabang Yogyakarta jumlah penderita miopia naik tajam terutama di Asia Timur seperti Korea, China, dan India. Bahkan di Singapura 80 % penduduknya mengalami miopia.
“Ini juga terjadi di Indonesia. Kita harus hati-hati jangan sampai terlalu banyak menderita minus dengan cara mengedukasi kepada masyarakat bagaimana hidup sehat agar tidak minus,” ujar Prof Suhardjo di sela-sela pemeriksaan kesehatan mata anak SD/MI di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong, Minggu (21/4/2019).
Kegiatan pemeriksaan mata dan pembagian kaca mata itu merupakan kerjasama antara Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong dengan Perdami Cabang Yogyakarta. Sebanyak 200 anak dari sejumlah SD/MI di Kebumen yang sebelumnya telah discreening mengikuti pemeriksaan lanjutan oleh dokter spesialis mata dari Perdami Yogyakarta.
Kegiatan itu imbuh Prof Suhardjo untuk membantu pemerintah dalam deteksi dini kelainan mata pada anak. Kelainan mata pada anak SD rata-rata 3-5 %. Jadi jika satu SD terdapat 200 anak, kira-kira terdapat 10 anak yang memiliki masalah kesehatan mata.
“Yang merisaukan kita adalah dari 10 anak itu, delapan di antaranya mereka tidak tahu memiliki problem pada mata,” ujarnya.
Anggapan Keliru
Ketidaktahuan itu, imbuh Prof Suhardjo dikhawatirkan akan mengganggu kinerja sekolahnya seperti tidak jelas melihat tulisan di papan tulis. Ujung-ujungnya nilai sekolah tidak baik karena kesulitan belajar.
“Program yang sudah berjalan 10 tahun ini sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat di daerah yang agak jauh dari pelayanan kesehatan mata,” ujarnya.
Selama ini banyak anggapan yang keliru di masyarakat. Seperti jika anak memakai kacamata matanya menjadi tidak baik. Sebagian masyarakat juga ada yang lebih percaya dengan terapi non medis. “Terapi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya itu akan merugikan masyarakat sendiri,” imbuhnya.
Ketua Panitia dokter Miftakhudin menambahkan, pemeriksaan mata dan pembagian kacamata itu merupakan rangkaian peringatan milad ke-61 Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong.
“Kegiatan ini merupakan komitmen rumah sakit yang tumbuh dan berkembang dengan masyarakat agar kemanfaatannya lebih besar bagi masyarakat,” ujar dokter Miftakhudin. (ndo)
News & Inspiring