GOMBONG (KebumenUpdate.com) – Banyak modal budaya di daerah yang hingga saat ini belum terdokumentasi dengan baik. Minimnya proses inventarisasi dan dokumentasi menjadi hambatan dalam proses pelestarian dan pengembangan berbagai bentuk kebudayaan daerah.
Guna mendukung masyarakat dan Pemkab Kebumen dalam membangun basis data budaya, Roemah Martha Tilaar mengadakan program pemetaan budaya. Program ini diawali dengan pelatihan metode SMART (Spacial Monitoring and Reporting Tool), baru-baru ini.
Pelatihan selama dua hari itu ditekankan pada penggunaan software SMART yang dipadukan dengan aplikasi cyber tracker. Program ini awalnya dikembangkan untuk melakukan monitoring terhadap berbagai aset di lingkungan alam dan suaka marga satwa. Dalam perkembangannya ternyata SMART dapat diaplikasikan ke berbagai bidang. Sementara untuk bidang pemetaan budaya RMT Gombong menjadi inisiator pertamanya.
Baca Juga: Jelajah Kota Lama Gombong Diminati Wisatawan Luar Kota
Trainer SMART, Dhoni Saputra dari Kampung Bogor mengungkapkan bahwa software ini selain mampu melakukan pemetaan lokasi secara presisi, juga dilengkapi fitur pencatatan dan monitoring terhadap kondisi objek yang dipetakan. Dengan melakukan monitoring reguler, akan dapat dilakukan kajian-kajian terkait kebijakan yang perlu diambil, dalam konteks ini yaitu pelestarian dan pengembangan aset budaya.
Selain tim dari RMT pelatihan ini juga diikuti oleh beberapa relawan dari beberapa desa di Kebumen. Mereka direkrut dari para penggerak desa yang memiliki kepedulian terhadap pengembangan wilayah dan memiliki minat untuk mendalami aspek kebudayaan.
Pada hari pertama, peserta diajak mengenali dasar-dasar pemetaan. Selain itu juga dikenalkan berbagai fitur yang tersedia pada aplikasi SMART dan cyber tracker. Hari kedua peserta dikirim ke lapangan untuk melakukan simulasi pemetaan sekaligus mencoba mengoperasikan aplikasi pemetaan digital.
Baca Juga: Kirab Budaya, Warga Berebut Uang Recehan Rp 10 Juta
Direktur Eksekutif RMT Reza Adhiatma mengatakan bahwa wilayah sasaran objek ini adalah beberapa desa di kawasan Kecamatan Gombong. Yaitu Kelurahan Gombong, Wonokriyo, Desa Semanding, Wero dan Sidayu.
“Pembatasan ini diharapkan akan membuat para proses pemetaan bisa lebih detail dan komprehensif. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan dalam perkembangannya ada perluasan wilayah,” ujar Reza.
Salah satu peserta pelatihan, Dede Ardi Saputra mengatakan kendala awal yang dihadapi saat mengikuti pelatihan ini. Awalnya tidak mudah karena banyaknya istilah baru yang mesti dipahami. Namun dalam perkembangannya menjadi semakin menarik, apalagi setelah dilakukan praktik lapangan.
“Saya berharap setelah kegiatan ini selesai, saya dapat melakukan pemetaan budaya di desa saya sendiri,” ungkap pemuda asal Desa Penimbun ini.
Baca Juga: Kirab Agung Palakiyah, Pembuka Pemberdayaan Potensi Desa Watulawang
Novri Chaniago peserta lain mengungkapkan bahwa pemetaan budaya merupakan suatu hal yang masih asing di Kebumen. Dia sengaja mengikuti kegiatan itu untuk mendapatkan pengetahuan yang bisa diterapkan di desanya.
“Sampai sekarang di desa kami pengetahuan tentang budaya lokal masih sangat minim, apalagi untuk anak mudanya,” jelas Novri. (sgt)
News & Inspiring