Megy Devita: Mahasiswi Banyumas yang Jatuh Cinta dan Lestarikan Tari Khas Kebumen

Megy Devita Febrianti saat tampil di acara festival kampus. (Foto: istimewa)

KEBUMEN (KebumenUpdate.com) – Di tengah kesibukan kuliah semester empat di salah satu perguruan tinggi swasta Kebumen, Megy Devita Febrianti, mahasiswi berusia 20 tahun asal Banyumas, justru menjelma menjadi penggerak seni tari tradisional yang patut diacungi jempol. Berdomisili di Desa Jatisari, Kebumen, semangatnya untuk melestarikan tari khas Kebumen, khususnya Tari Cepetan begitu membara.

Kecintaan Vita pada dunia seni tari telah bersemi sejak usia belia. Dimulai dari tari anak-anak di bangku Taman Kanak-kanak (TK), ketertarikannya semakin mendalam saat duduk di Sekolah Dasar (SD). Sebuah kaset berisi rekaman tarian daerah menjadi pemicu utama, mengantarkannya pada petualangan belajar tari secara otodidak.

“Seni tari itu sangat menarik. Bagi saya, ini adalah cara mengekspresikan berbagai emosi, menghadirkan keindahan, dan yang terpenting, menyampaikan makna budaya yang terkandung dalam setiap gerakan,” ungkap Vita dengan penuh antusias, Sabtu 3 Mei 2025.

Ia mencontohkan Tari Cepetan dan Lawet, dua tarian khas Kebumen yang menurutnya memiliki nilai budaya yang mendalam.

Ketekunan Vita dalam belajar tari secara mandiri patut diacungi jempol. Sejak kelas 1 SD, ia telah menguasai Tari Gambyong dan Merak secara otodidak, berlatih bersama teman-temannya di rumah. Sayangnya, jejak tarinya sempat terhenti saat memasuki bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) karena fokus pada dunia sepak bola putri, bahkan sempat bergabung dengan salah satu klub SSB di Purwokerto.

Di jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), intensitas menarinya kembali menurun lantaran kesibukan praktik jurusan di sekolah swasta tempatnya menimba ilmu. Namun, panggilan jiwa untuk berbagi ilmu dan kecintaannya pada seni tari kembali muncul saat ia kuliah di Kebumen dan magang mengajar mapel PJOK di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pejagatan.

Guru Honorer di MI Pejagatan

Meski menjadi guru honorer di MI Pejagatan, tak menghalanginya untuk tetap fokus pada kuliah. Bahkan, ketika ada jadwal kuliah lebih awal, ia bisa menyesuaikannya dengan baik. Hari Rabu ia manfaatkan untuk mengisi les tari di SD Kutosari, sementara Kamis hingga Sabtu ia dedikasikan untuk mengajar dan kuliah.

Salah satu pengalaman paling berkesan bagi Vita adalah ketika berkolaborasi dengan Pencinta Budaya Berkebaya Indonesia (PBBI) Kebumen dan tampil di Taman Budaya Solo. Ia dipercaya menjadi ketua dalam pementasan Tari Cepetan. Selain itu, ia juga terinspirasi oleh semangat ibu-ibu lanjut usia di sanggar tempatnya berlatih (Sanggar Keisya) yang tak pernah pudar dalam melestarikan seni tari. Termasuk Sri Mahargianti, sang pemilik sanggar.

Halaman: 1 2

Suka menulis, membaca dan berpetualang.

Update Lainnya