Sedulur Kebumen, Komunitas Perekat Warga yang Sudah Bedah 41 Rumah Tak Layak Huni

Sedulur Kebumen
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menyerahkan bantuan dari Sedulur Kebumen kepada korban tanah longsor di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Kebumen. (Foto: Dok. Pemkab Kebumen)

SAAT ini bukan jamannya lagi ada jarak antara pimpinan dengan masyarakat. Masyarakat bebas berinteraksi dengan bupati, wakil bupati, kapolres, komandan kodim maupun dengan tokoh penting lainnya. Melalui media sosial, masyarakat tak perlu lagi sungkan jika ingin menyampaikan unek-uneknya kepada pimpinan daerah.

Terlebih setelah terbentuk Paguyuban Sedulur Kebumen yang eksis melalui group WhatsApp “Sedulur Kebumen”.  Grup yang sudah ada sejak November 2016 ini benar-benar memangkas birokrasi.

Bacaan Lainnya

Baca Juga: Puluhan Tahun Hidup di Tenda Terpal, Sedulur Kebumen Bantu Bangun Rumah Mbah Ngabsah

Anggota paguyuban ini berasal dari berbagai latar belakang mulai dari bupati, wakil bupati, ketua DPRD, kapolres, komandan kodim, ketua MUI, ketua FKUB, tokoh lintas agama, warga keturunan Tionghoa, tokoh pemuda, hingga masyarakat biasa.

Yang jelas, komunitas ini menjadi perekat semua warga Kebumen karena anggotanya berasal dari beragam latar belakang. Wadah yang begitu plural dan bukti nyata Bhineka Tunggal Ika.

Aktif Berkegiatan Sosial dan Bedah Rumah
Sedulur Kebumen
Bupati Kebumen bersama Sedulur Kebumen dan anak-anak foto bersama. (Foto: Padmo)

Tak hanya aktif di lini massa, Sedulur Kebumen juga aktif di berbagai aktivitas sosial. Seperti kegiatan bakti sosial, membantu bencana alam hingga program bedah rumah tidak layak huni yang masih eksis hingga saat ini.

Sekarang ini Sedulur Kebumen sedang menyelesaikan bedah rumah di tiga lokasi yakni ke-37, 38, dan 39. Bedah rumah ke-37 milik Sanreja alias Kakek Mingin (85) warga Desa Sitiadi, Kecamatan Puring, kemudian rumah milik Tujono (73) warga Dukuh Silengkong Desa Kedungdowo, Kecamatan Poncowarno dan rumah milik Turmudi warga Desa Kaligubug, Kecamatan Padureso.

Pos terkait