
DALAM dua hari terakhir ini saya mengunjungi pesisir selatan Kebumen. Jumat kemarin ke TPI Desa Tanggulangin untuk mengecek perkembangan pohon bakau yang dulu ditanam anak-anak Gaspala SMAN 2 Kebumen.
Hari ini, Sabtu 5 Oktober 2024, mendatangi Konservasi Penyu Desa Jogosimo untuk melihat kegiatan penanaman bakau oleh komunitas guru penggerak. Kedua lokasi ini–Tanggulangin dan Jogosimo–merupakan area Kaliratu. Warga setempat familiar dengan sebutan Kalibuntu.
Baca juga: Ironi di Pesisir Tanggulangin: Dihijaukan Tapi Dieksploitasi
“Berapa bibit bakau yang ditanam oleh guru penggerak?” tanya saya ke pengelola Konservasi Penyu Kaliratu Desa Jogosimo, Edi Setya Tamtama.
“Ada 3.000 lebih bibit bakau, jenis Rhizopora,” jawabnya.
Secara berurutan masing-masing guru penggerak menuju lokasi tanam di sisi timur. Melewati tepi pagar pembatas area shrimp estate, lalu belok ke selatan menuju Kaliratu.
Bibit bakau ini merupakan sisa kegiatan Latgab dan Bhakti Sibat PMI Tingkat Nasional III yang berlangsung minggu lalu di Pantai Pandan Kuning. Info dari panitia Latgab, ada 50.000 bibit yang disediakan. Namun hingga hari ini masih tersisa 3.000-an bibit.
Komunitas guru penggerak Kebumen tidak sendiri. Mereka dibantu Sibat Tanggulangin dan Jogosimo, Disdikpora Kebumen, serta pelajar SMAN 1 Klirong.
Hari sebelumnya, Jumat 4 Oktober 2024, saya mendatangi area Kaliratu di TPI Tanggulangin untuk melihat perkembangan pohon bakau (Rhizopora sp) yang ditanam anak-anak Gaspala SMAN 2 Kebumen Februari 2022 lalu. Tanpa terasa usianya sudah 2 tahun 7 bulan.
Setelah memarkir sepeda motor di TPI Tanggulangin, saya berjalan menyusuri setapak (galengan) menuju area tanam.
Awalnya hanya berjalan di tepian untuk menghindari lumpur meskipun air sedang surut. Tapi kaki ini terpanggil untuk melihat deretan bakau yang menghijau dari sisi selatan. Mau tidak mau saya lepas sandal. Belepotan lumpur.
Dari 1.000 bibit bakau yang waktu itu ditanam Gaspala, saat ini tersisa sekitar 178 pohon. Ini berarti persentase tumbuhnya 17,8%. Sebagian besar sisanya mati atau hanyut terbawa arus ketika air pasang maupun banjir.
Inilah mengapa pentingnya ajir atau tiang penyangga ketika pohon bakau baru ditanam. Termasuk mengikatnya kuat-kuat.
Di sekitar pohon bakau yang saat ini tingginya satu meteran itu, terlihat banyak sekali kepiting dan kelomang yang bersarang di bawahnya. Burung kuntul (Egretta Garzetta) juga terbang ke sana kemari mencari makan.
Saya bergumam, sepertinya sudah saatnya melebarkan area tanam ke sisi barat atau seberang sungai. Mungkin tinggal menunggu masuk musim penghujan. Juga bibitnya.
Tapi saya tidak mau repot-repot membeli dan mengambil bibit bakau di Logending seperti tahun lalu. Terlalu jauh, memakan biaya, melelahkan, dan merepotkan. Semoga saja akhir tahun nanti ada pihak yang menawarkan bibit siap tanam.
Suka menulis, membaca dan berpetualang.