Oleh: Sigit Tri Prabowo
Suatu sore beberapa bulan yang lalu, sungguh suatu kejutan menerima telepon dari Ki Dalang Basuki, salah satu budayawan dan seniman terkemuka di Kebumen. Obrolan berlangsung seru dan lama sekalipun tanpa bertatap muka. Kami berdiskusi mengenai kondisi kebudayaan di Kebumen, pengembangan wilayah Timur hingga berbagai tarik ulur terkait penetapan hari jadi Kebumen.
Tak lupa disinggung pula satu satu buku yang beliau tulis. Di balik usianya yang sudah cukup sepuh, ungkapan-ungkapan beliau begitu bernas, tangkas, sistematis dan menunjukkan keluasan referensi serta kedalaman pemahaman.
Lahir dari keluarga dalang, sejak kecil Basuki sudah akrab dengan kesenian wayang. Bahkan di usia remaja Basuki sempat menjuarai festival dalang remaja tingkat nasional. Ketrampilan dan kedalamannya dalam menggeluti dunia dalang semakin intens berkat pergaulannya dengan para dalang kondang masa itu seperti Ki Partoguno, Ki Rejowarsono, Ki Rediguno dan juga ada Ki Sindu Jotaryono yang populer sebagai dalang wayang menak.
Baca Juga: Catat, Jadwal Dalang Ki Eko Suwaryo Bulan Agustus 2023
Yang terakhir ini kelak tak hanya menjadi mentor namun juga menjadi ayah mertua ketika Basuki menikati putri Dalang Sindu, Sumarni. Di masa itu pula Dalang Sindu semakin dekat dengan kesenian Wayang Menak, pagelaran wayang golek yang cerita dan tokohnya bersumber pada Babad Menak. Bahkan di tahun-tahun terakhir, Dalang Basuki menjadi salah satu narasmber utama para peneliti yang hendak mendalami Wayang Golek khas Kebumenan.
Basuki Hendro Prayitno Bukan Sekadar Maestro Seni
Perjalanan waktu membuktikan bahwa Basuki Hendro Prayitno bukan sekadar maestro seni. Kepeduliannya pada kebudayaan secara luas membuatnya aktif dalam Dewan Kesenian Kabupaten (DKD), juga dalam berbagai komunitas dan kegiatan budaya lainnya. Basuki tak puas hanya beraksi di panggung dalang di depan kelir wayang, namun dia ingin ikut bersumbangsih dalam kemajuan kebudayaan, khususnya di Kebumen.