
KEBUMEN (KebumenUpdate.com) – Warga Dusun Kuwarisan, Kelurahan Panjer, Kecamatan/Kabupaten Kebumen masih melestarikan tradisi ingkungan yang sudah berlangsung secara turun temurun. Tradisi ini berlangsung setahun sekali yakni pada Jumat Kliwon di bulan Suro atau Muharam pada penanggalan Jawa.
Tradisi ingkungan dipusatkan di Masjid Banyumudal usai menunaikan Salat Jumat. Warga mengarak tumpeng ingkung. Pawai dimulai dari halaman Kantor Kelurahan Panjer. Kemudian, menyusuri Jalan KH Hasyim Asy’ari menuju Masjid Banyumudal.
Baca Juga: Tradisi Krapyak Banyu, Wujud Syukur Warga Kebon Jatiagung Desa Jatinegara
Ada tujuh tumpeng ingkung yang dikirab. Sementara ribuan warga memadati area Masjid Banyumudal untuk mengikuti rangkaian acara tahlil dan doa bersama.
Ingkung merupakan ayam yang dimasak dengan bumbu yang komplit ditambah dengan kuah santan yang kental. Dalam tradisi ini juga disediakan nasi tumpeng, dan lengkap dengan sayuran dan lauk pauk yang lain, seperti telur, dan tempe.
Dalam tradisi ini, setiap keluarga atau keturunan asli Dusun Kuwarisan yang sudah berumah tangga, baik yang di Kebumen maupun yang di luar daerah membuat tumpeng ingkung.
Tak jarang dari mereka yang berada dari luar daerah mudik ke kampung halaman untuk ikut memperingati tradisi yang disakralkan itu. Jika tak sempat mudik, mereka menitipkan uang kepada sanak keluarga di kampung untuk membuatkan tumpeng ingkung atas nama dirinya.
Ingkung tidak boleh dimakan sebelum didoakan oleh imam masjid, setelah didoakan ingkung ayam dibawa pulang kembali ke rumah masing-masing untuk dimakan bersama sanak keluarga.
Tradisi ini sekaligus Haul Syaikh Ibrahim Asmoroqondi, seorang ulama yang dulu dikenal membuka Dukuh Kuwarisan dan menyebarkan Islam.
Selain dihadiri para tokoh masyarakat dan alim ulama, tradisi ingkungan ini juga dihadiri Bupati Kebumen H Arif Sugiyanto SH. Sebagai warga asli Kuwarisan, Kelurahan Panjer Bupati menyambut baik acara yang setiap tahun diadakan.
“Ini tradisi dari sejak saya kecil, bahkan sebelum saya lahir ini sudah ada. Patut bersyukur sampai saat ini masih ada terus diwarisi oleh generasi selanjutnya,” ujar Bupati di Masjid Banyumudal.
Baca Juga: Ruang Budaya di Koridor Kota
Bupati mengatakan bahwa kegiatan tersebut dapat menjadi wahana memperkuat tekad dan semangat para penerus, keturunan, dan seluruh masyarakat Kuwarisan Kelurahan Panjer. Terutama dalam meneladani laku hidup Syaikh Ibrahim Asmorokondi.
“Insya Allah ini memberikan arti bagi upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan umat Islam di Kebumen. Kita semua bisa mengambil manfaat positif dari setiap kegiatan ini,” ujar Bupati.
Pada kesempatan itu, Bupati turut membawa 20 ingkung ayam bersama istri dan keluarganya. Ingkung dibagikan kepada para ketua RT dan RW di Dukuh Kuwarisan.
Ketua RT 03 RW 10 Tino Sidik mengatakan, tradisi ingkungan tidak pernah mandeg. Bahkan pada saat Covid-19 sedang berada pada titik puncak, kegiatan ini tetap diadakan.
“Ini sudah seperti menjadi kewajiban, pada Jumat Kliwon di bulan Muharam warga Kuwarisan setiap KK bikin ingkung,” tuturnya.
Baca Juga: Banjir di Perkotaan dan Problem Air Salah Jalan
Selain untuk memupuk kebersamaan, silaturahmi dan berbagi, warga percaya, tradisi ini sebagai ‘penolak bala’. Karenannya orang di sini masih percaya jika tidak membuat ingkung, bisa mendapat bahaya.
“Ya kalau soal percaya, ya percaya, memang dari dulu ada keyakinan kalau ada warga Kuwarisan yang tidak buat ingkung, nantinya bisa kena bahaya gitu. Itu menjadi tradisi kami yang patut dihargai sebagai bentuk kearifan lokal,” tandas Tino.
News & Inspiring