Respon Krisis Iklim, UNNES Latih SMK Negeri 1 Puring Jalankan Program Greening Education

Tim dari UNNES foto bersama peserta pelatihan di SMKN Puring. (Foto: Istimewa)

PURING (KebumenUpdate.com) – Universitas Negeri Semarang (UNNES) menggelar pelatihan Greening Education untuk civitas akademika SMK Negeri 1 Puring, Rabu 11 Juni 2025. Program ini merupakan langkah konkret dalam merespons krisis iklim dan kerusakan lingkungan yang kian mengkhawatirkan.

Kegiatan pelatihan dipimpin oleh Putri Khoirin Nashiroh bersama anggota tim pengabdian masyarakat dari UNNES  Yohanes Primadiyono, Fitria Ekarini, Khoirudin Fathoni, Ayup Suran Ningsih, Galih Prapdipto Wisnujati, Ade Putra, Iqbal Kend Pratama, Endang Pratiwi,  dan Nur Fitri Sukrina.

Materi pelatihan yang disampaikan oleh Putri Khoirin Nashiroh dan Ranu Iskandar mencakup empat pilar utama Greening Education yang dicanangkan UNESCO, yaitu: Greening Schools, Greening Every Curriculum, Greening Teacher Training, dan Greening Communities.

Berharap Jadi Contoh Sekolah Peduli Lingkungan

Kepala SMK Negeri 1 Puring, Umi Rokhayatun, menyambut baik kegiatan ini. Ia berharap kerja sama dengan UNNES dapat berlanjut dan membawa manfaat nyata bagi sekolah.

“Kami sangat berterima kasih atas pelatihan ini. Harapannya, sekolah kami bisa menjadi contoh sekolah yang peduli lingkungan,” ujarnya.

Pelatihan ini tidak hanya membahas teori, tetapi juga mendorong praktik langsung. Misalnya, melalui efisiensi energi dan air di bangunan sekolah, pengelolaan sampah terpadu, serta penyediaan ruang hijau sebagai sarana pembelajaran dan rekreasi.

Selain itu, materi pelatihan juga menekankan integrasi isu lingkungan ke dalam semua mata pelajaran serta penguatan kapasitas guru.

Pendidikan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Menjadi Kebutuhan Mendesak

Ketua tim pelatihan, Putri Khoirin Nashiroh, mengapresiasi partisipasi aktif pihak sekolah.

“Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan. Semoga kegiatan ini membawa dampak positif dan menjadi langkah awal transformasi sekolah hijau di Kebumen,” ungkapnya.

Ranu Iskandar memaparkan bahwa krisis iklim global semakin nyata, seperti kebakaran besar di Los Angeles, Amerika Serikat awal tahun 2025 yang membakar 12.000 bangunan. Studi menunjukkan, 25% dari intensitas kebakaran dipicu oleh perubahan iklim.

Di Indonesia, dampak perubahan iklim juga terasa dalam bentuk deforestasi, pencemaran, krisis air, dan hilangnya keanekaragaman hayati.

“Oleh karena itu, pendidikan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan menjadi kebutuhan mendesak yang harus dijalankan sejak dini di lingkungan sekolah,” ujarnya.

Update Lainnya