Puisi Damai Muhammadiyah, Sejukkan Suhu Politik Jelang Pemilu

Sekretaris Muhammadiyah Kebumen, Mul’an Annafati tampil membacakan puisi. (Foto: Heri-KebumenUpdate)

KebumenUpdate. Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kebumen menggelar parade puisi bertajuk Tumpah Ruah Puisi Damai yang berlangsung di Pendopo Rumah Dinas Bupati Kebumen, Jumat (12/4/2019).

Sejumlah elemen hadir meramaikan seperti perwakilan KPU, Bawaslu, Polres, OPD, Dewan Kesenian Daerah (DKD), amal usaha Muhammadiyah, organisasi otonom Muhammadiyah, perwakilan gereja, serta komunitas lintas etnis dan budaya.

Malam itu, kompleks pendopo rumah dinas Bupati Kebumen tampak berbeda dengan adanya sejumlah obor yang dipasang di halaman. Dekorasi  pendopo yang biasa sangat formal, dihiasi seni instalasi dengan ornamen yang cukup artistik.

Panggung juga dilengkapi dengan gunungan wayang, krat kayu, dan puluhan topeng dengan berbagai macam ekspresi, kurungan burung dan bendera merah putih. Sebuah gerobak angkringan dengan menu khas warung angkring bisa dinikmati  pengunjung  semberi meresapi musik gamelan dan suara gesekan rebab.

Pembacan puisi diawali dengan puisi berjudul petikan ayat-ayat surat Al-Fatihah yang dibacakan oleh KH Mudhofir, sesepuh Muhammadiyah. Pada malam itu, puisi KH Mustofa Bisri atau yang dikenal dengan Gus Mus banyak dibacakan salah satunya puisi berjudul “Negeri Amplop” dibacakan oleh Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Porawisata) Azam Fathoni.

“Kegiatan tumpah ruah puisi itu digelar menjelang akhir masa kampanye Pemilu 2019 sekaligus untuk mendinginkan suhu politik yang kian memanas,” ujar Ketua LSBO PD Muhammadiyah Kebumen Slamet Pramono dalam sambutannya.

KH Mudhofir menyampaikan bahwa semangat Islam yang dibawa oleh Muhammadiyah bukanlah semangat Islam yang radikal dan fundamental. Namun, semangat Islam yang tidak bisa dilepaskan dari akar sejarah bangsa Indonesia.

“Muhammadiyah merupakan organisasi islam yang tidak bisa lepas dengan Indonesia. Islam yang dibawa pun tidak bisa lepas dari warisan budaya Nusantara, walaupun tidak sering menyebut dengan Islam Nusantara,” terang Mudhofir.

Menurutnya, kegiatan tersebut merupakan simbol bersama untuk saling tolong menolong serta merawat persatuan dan kesatuan. Dia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga situasi dan kondisi Kebumen yang aman, damai dan tentram.

“Perbedaan adalah sunatulloh. Perbedaan yang bisa dipadukan dan dirawat baik-baik akan membawa hikmah kebaikan,” ujar KH Mudhofir.

Kepekaan Sosial

Kepala Disporawisata Azam Fathoni membacakan sambutan tertulis Bupati Kebumen KH Yazid Mahfudz mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, puisi merupakan seni yang dapat menjadi aktualisasi diri dari sebuah fenomena yang terjadi.

“Dengan kata lain, puisi adalah sebuah bahasa. Bahasa penyampai pesan. Insan puisi saya pandang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi juga pandangan yang cukup luas, sehingga mampu meresonansi, merekam dan menyampaikan berbagai fenomena yang ada sekaligus urun rembug terhadap berbagai alternatif solusi yang bisa diambil,” papar Azam.

Azam menekankan kepekaan, kepedulian dan kecerdasan sosial semacam itu perlu dipupuk agar masyarakat dapat menjadi masyarakat yang altruis, bukan egois, apatis apalagi pesimistis. Teater, puisi dan seni budaya yang lain selayaknya mampu menjadi media pembangun optimisme, menjadi media untuk pengenalan dan pembangun kesadaran diri serta menjadi media edukasi dan dakwah yang efektif.

“Apalagi seni dan budaya mempunyai akar yang kuat di masyarakat dan juga sebagai media dakwah yang efektif. Bercermin dari sejarah para wali yang menyebarkan Islam melalui budaya. Betapa sangat efektif dan lekat hingga sekarang,” ucapnya. (nin)

Update Lainnya