
Kepala Desa Karangsambung Sentot Kusworo menyampaikan terima kasih kepada Perhutani yang telah mempelopori kegiatan napak tilas pejuang Kebumen dalam melawan penjajah.
“Hal ini akan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan semangat berkarya pemuda Karangsambung,” ujarnya.
Gunung Paras merupakan sebuah perbukitan di utara Kebumen. Secara administratif Gunung Paras berada di perbatasan Desa Karangsambung,Totogan, Langse, Baniara di Kecamatan Karangsambung dengan Desa Pucangan di Kecamatan Sadang.
Gunung berketinggian 510 mdpl ini tumbuh hutan pinus yang berjajar di segenap tubuh hingga puncaknya yang panjang berarah barat – timur. Sementara lahan persawahan subur menghidupi masyarakat di kaki bukit. Pemandangan yang indah akan terlihat saat berada di puncak.
Baca Juga: Warga Kebumen Peringati Detik-detik Proklamasi di Jalanan Hingga Pasar Rakyat
Terlebih saat fajar menjelang, Gunung Sumbing dan Sindoro akan terlihat menjulang di arah timur laut. Cekungan Karangsambung, Bukit Brujul, Bukit Waturanda, Lembah Sadang serta Sungai Lukulo juga akan terlihat. Tak kalah indah lekukan perbukitan Sadangkulon-Kedunggong yang khas dengan perbukitan prismatik berselimut pohon pinus Perhutani yang rapat dan hijau.
Gunung Paras memiliki peran penting dalam peristiwa pertempuran Karangsambung tahun 1831. Saat itu Belanda melakukan penyerbuan ke pertahanan Panjer yang telah pindah di Karangsambung. Pasukan Belanda lalu menuju ke Kaligending dan terjadilah pertempuran dengan pasukan Panjer. (sumber; kebumenkab.go.id)
Banyak prajurit dari pihak Belanda tewas bergelimpangan. Merasa kalah, pihak Belanda mendatangkan bala bantuan dari Gombong hingga keadaan berbalik. Pasukan Panjer yang dipimpin Ki Hajar Welaran dan Ki Endang Kertawangsa pun mundur dengan bertahan di Gunung Paras. Hingga akhirnya Pasukan Panjer kembali menguasai peperangan dan pertempuran berakhir secara keseluruhan pada tahun 1832. (smn)
News & Inspiring