Menyusuri Perjalanan Seorang Kekasih Allah: Rabi’ah al-Adawiyah

Rabi'ah al-Adawiyah
Ilustrasi via Canva.com

Oleh: Nazwar SFil I MPhil

RABI’AH al-Adawiyah sebagai seorang tokoh sufi, wanita, i’tibar atau diakui yaitu sebagai seorang kekasih Allah di kalangan pengkaji tasawwuf. Meski secara eksistensi tidak banyak pengikutnya, dalam arti pengamal ajarannya, disiplin ini banyak digemari selain sebagai klaim dari suatu amalan, juga sebagai klasifikasi kajian ilmu kejiwaan atau spiritualitas.

Bacaan Lainnya

Selain itu, eksistensi yang sesungguhnya berdasar pengikutan jejak pribadi sufi atau ajaran tasawuf, yang dilakukan oleh sebagian kecil umat manusia adalah kepada doktrin-doktrin tertentu. Ajaran-ajaran para sufi “yang matang” berkaitan dengan ajaran agama dan mudah dipahami. Termasuk secara kepribadian, ajaran tasawwuf dan kepribadian seorang sufi tidak banyak yang ditiru kecuali bersifat serpihan belaka.

Begitu pun Rabi’ah al-Adawiyah yang termasuk golongan sufi i’tibar yang diakui sesuai dengan ajaran Islam baik ajaran atau kepribadiannya. Secara ajaran, Robi’ah populer dengan doktrin atau ajaran tentang cinta atau “al-mahabbah“. Sosoknya diyakini menduduki maqam sufistik yaitu cinta tersebut. Pada maqam tersebut, Rabi’ah dikatakan berada pada cinta yang tidak terperih kepada Tuhan.

Baca Juga: Peran Islam dalam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Melalui bait-bait sya’irnya, Rabi’ah mencurahkan perasaan cinta dan menuangkan pemikirannya. Ia bahkan pada tingkat maqam sufi yang tidak begitu peduli dengan akibat dari setiap perbuatannya. Jika dalam Islam perbuatan baik atau amal salih akan mendapat balasan di antaranya adalah surga dan sebaliknya perbuatan buruk akan mendapat balasan neraka sebagai tempat kembali.

Pada suatu ketika, Rabi’ah dengan nada menantang, yang menunjukkan bahwa ia sudah tidak peduli dengan itu. Artinya dalam kecintaan yang begitu membara kepada Tuhan, hal yang paling diakutkan tidak lagi ia pedulikan sebagai akibat perbuatan di dunia meski jika harus terbakar di neraka.

Sosok Religius

Berat memang dan sulit untuk dipahami. Namun hal ini setidaknya dapat saja dimaklumi bahwa perasaan cinta yang dimiliki Rabi’ah tidak menjadikannya berkurang meski harus terbakar di neraka. Namun hal yang penting untuk diketahui bahwa, Rabi’ah bukanlah seorang zindiq yang pintar berteori namun jauh dari pengalaman. Robi’ah adalah sosok yang sangat religius dan begitu taat kepada Allah dan begitu ketat dalam melaksanakan syariat Islam.

Pos terkait